Keluarga Cemara : Kebersamaan Itu ........ (Part 1)

Malam para fans...!! hehehe (gaya Dodit "Stand Up Comedy 4)


Apakah Anda termasuk kaum yang bersaudara banyak ? hehehe..
Kalau tidak, saya sarankan untuk minta orangtua Anda nambah "personil" saudara Anda atau paling tidak saat Anda juga berumah tangga kelak, cobalah hindari aturan program KB (dua anak cukup)..wkwkwk..

Maaf ya, pak Kepala BKKBN hehehe..


             ------------------------------------------*8*8*8*8------------------------------------------------------


Ayahku dulunya aktif jadi pasukan Oemar Bakri di MIN Salubarani, sebuah wilayah di perbatasan Toraja - Enrekang. Saat masih bertugas, Beliau sering dipindah-tugaskan ke berbagai wilayah di kabupaten Tana Toraja makanya kalau ditanya soal seluk-beluk daerah di Tana Toraja, Beliau ahlinya :P..
Sekarang umurnya kira-kira 70-an tahun (saya kurang tau juga pastinya), tapi wajahnya masih menyimpan gurat bekas perjuangan keras di masa muda.

Ibuku, meski hanya tamatan SMP tapi bagiku..keuletan, ketegaran, kesabarannya selama mendampingi Ayahku mengalahkan peranan para wanita super di dunia ini. Ibu Ani Yudhoyono, Margareth Tatcher, Aung San Suu Kyi bahkan R.A Kartini belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan ibuku. Kalau ada yang tidak setuju, mari kita berdebat..hehehe.. 
Dari kedua orangtuaku inilah, lahirlah kami..sebelas orang putra-putrinya yang gagah dan cantik dengan komposisi 7 perempuan, 4 laki-laki. 
Beberapa waktu lalu, ada hajatan besar di rumah..ya kakak setingkat di atasku menggelar pesta pernikahannya, Zulkarnain Hasyim S.Pd dengan Rosmayasari Mustari S.Pd.

Gak glamour memang, atau rame seperti acara nikahannya para anak pejabat. Bagiku bukan disitu letak esensinya, ada makna lain yang tidak akan pernah ternilai dan terganti kedudukannya. Apalagi untuk ukuran keluargaku, keluarga dengan total bersaudara setara dengan jumlah pemain utama satu klub sepakbola..hehehe..
Ya, nilai KEBERSAMAAN-lah yang bagiku menempati urutan tertinggi. 

Apa pasal ??
Coba dibayangkan, entah di moment mudik lebaran, syukuran keluarga atau acara sakral seperti ini berkumpul lengkap 11 bersaudara itu rasa-rasanya moment yang sangat langka. Bagaimana tidak, Ayahku  punya prinsip seperti orang Padang. Jika waktunya sudah tepat, Ayahku pasti "mengusir" anak-anaknya untuk mencari penghidupan di daerah lain (survive) alias kudu "merantau". Bukan apa-apa, memang daerahku masih termasuk kategori daerah tertinggal dan sepertinya tidak ada harapan untuk orang-orang kecil tapi punya niat besar seperti kami untuk sekedar "hidup". Atau mungkin saja Ayahku sangat faham pada makna salah satu firman Allah yang berbunyi ;

فَإِ ذَا قُضِيَتِا لصَّلَا ةُ فَانتَشِرُ وا فِيالْأَرْضِ وَابْتَغُوامِن فَضْلِ اللَّهِ وَ اذْكُرُ و االلَّهَ كَثِيرًالَّعَلَّكُمْتُفْلِحُو نَ

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung” [QS Al-Jumuah: 10]

Dan tahukah..betapa nikmatnya jika bertemu saudara yang bahkan 3 atau 5 tahun tidak pernah bertemu rupa. Ada sensasi tersendiri, bahwa benar pertemuan dan kebersamaan itu sangat indah. Apalagi, kami yang terpisah-pisah cukup jauh satu sama lain bahkan antarpulau. Bagiku, tidak penting apakah mereka bawa bingkisan untuk saya (walaupun ngarep..hahaha). Setidaknya, ada hikmah yang dipetik dari pertemuan langka itu. Ada banyak cerita, ada banyak pengalaman, ada ribuan pelajaran yang saya petik sebelum saya juga pada akhirnya harus mengikuti tradisi untuk "merantau". 

Karena benar kata temanku (yang asli Lamongan, Jawa Timur), untuk apa harus pulang kampung jika selesai (sarjana. red).

Petuah lengkap temanku itu masih saya ingat persis :

"Tahu tidak, kenapa kita dianjurkan untuk merantau? Untuk mengubah hidupnya, setiap orang harus berani merantau, keluar dari kampung halamannya. Karena kampung halaman adalah ladang kenangan. Orang yang hanya berada di kampungnya, akan banyak mengaitkan segala hal dengan masa lalunya. Cenderung bakal susah move on. Sementara mereka yang merantau, keluar dari ladang kenangan, akan memulai dari awal dan membentuk kenangan-kenangan baru yang merupa jadi masa depan di tempat yang baru.

Orang yang senantiasa teringat masa lalunya, akan kesulitan memperoleh masa depan. Berdiam diri di tempat yang sama hanya akan mendramatisir kita untuk mengingat-ingat yang telah lalu dan menyesakkan dada. Nah, bergerak, berpindah, melompat, berlari adalah hal terbaik untuk merancang masa depan. Tentu saja, lebih baik. Dalam Islam pun kita dianjurkan untuk berpindah lewat kata “hijrah”, kan?


-----Taufik Hasyim----

SHARE

Taufik Hasyim

A Moslem Single | Beginner Blogger | Youth of Massenrempulu | Sahabat NOAH | Journalist of FAJAR Newspaper | Football Holic | Juventini | Facebook: Taufik Hasyim | Twitter: @DaengOpick | email: opickjie@gmail.com

  • Facebook
  • Twitter
  • GooglePlus
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment