Ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk memperingati Hari Jadi Kabupaten Enrekang ke 55. Sebagai pemerhati kemajuan daerah, refleksi perjalanan panjang yang telah ditempuh selama ini setidaknya untuk mengingat baik buruk pemerintahan.Sama peringatan ulang tahun seseorang, perayaannya dimaknai dengan harapan adanya perubahan signifikan dalam perjalanan hidupnya selanjutnya. Momentum itu, juga digunakan dalam melakukan planning terhadap impian atau harapan yang tertunda. Dengan kata lain, ini memberi tanda bahwa kehidupan masih memberi makna.
Hal ini, tentu sejalan dengan Kabupaten Enrekang yang telah menginjak usianya yang ke- 55. Momentum perayaan HUT Enrekangyang digelar Pemda kali ini terbilang cukup "wah". Dengan menghadirkan artis nasional sekelas Helmi Yahya, Ressa Herlambang, Ayu Azhari dan Devi KDI boleh dikata perayaannya cukup fantastis apalagi dengan serangkaian acara pesta rakyat, entah menghabiskan anggaran berapa. Upss.. bukan wilayah saya untuk bersu'udzhon hehehehe..! Apalagi menilik akselerasi pembangunan yang dilakukan pemerintahan muda ini belum terlihat sama sekali, menurut sudut pandang pribadi saya. Bagi saya menghadirkan artis, itu bukanlah sebuah prestasi !!
Memasuki tahun kedua kepemimpinan Muslimin Bando-Amiruddin, harapan dan ekspektasi besar masyarakat pada pemimpin yang boleh dibilang baru mestinya tidak menjadi beban bagi pasangan yang dianggap merakyat ini. Apalagi menilik pada pemerintahan sebelumnya yang dinilai sukses oleh banyak pihak, terlepas dari berita negatif selama masa pemerintahannya. Fakta-fakta ini tentu diharapkan menjadi katalisator untuk terus memajukan kabupaten kita yang tercinta. Kepiawaian pemimpin sebelumnya, Ir. H. La Tinro La Tunrung yang berhasil mendorong pembangunan berbagai bidang di daerah penghasil sayur-mayur ini yang dibuktikan dengan meraih banyak penghargaan.
Salah satunya adalah penghargaan Upakarti dari Presiden RI Soesilo Bambang Yudhuyono terkait pengembangan industri kecil dan menengah karena dianggap sukses dan berhasil mengembangkan serta mendorong iklim positif pengembangan industri kecil dan menengah di Kabupaten Enrekang. Berdasarkan data BPS (2009-2012), pemerintahan La Tinro sukses menurunkan tingkat kemiskinan hingga 31 %, pertumbuhan ekonomi 6,62% , indeks pembangunan manusia tembus 4 besar Sulsel (75,30 %), dan mengeluarkan Enrekang dari jajaran 119 kabupaten tertinggal. APBD Enrekang meningkat drastis dari 181,54 miliar pada 2003 menjadi 598,90 miliar rupiah pada 2012. Di bidang tata kelola pemerintahan, La Tinro juga sukses meraih Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha karena berhasil menempatkan Enrekang di posisi 6 besar nasional juga Anugerah Pangripta Nusantara, penghargaan atas dokumen perencanaan terbaik.
Selain itu, juga sederet penghargaan bergengsi lain seperti ICT Pura dari Kemenkominfo RI, Inclusive Education Award dari Kemendiknas RI, Perpustakaan Terbaik Nasional, Desa Bone-bone Juara Nasional, hak paten kopi kalosi dsb. Dan karena dedikasi ini sehingga dua media massa nasional berpengaruh, TEMPO dan GATRA memberikan penghargaan (award) sebagai Nominator Pemimpin Terbaik Indonesia.
Refleksi HUT Enrekang ke -55 di tahun ini mesti jadi refleksi kolektif berisi harapan dan impian bersama seluruh warga Massenrempulu yang dibebankan kepada kepala daerah yang masih "baru". Jadi, tak aneh jika masyarakat menyambut dengan penuh suka cita meski dengan ekspresi kecintaan terhadap daerah ini dilakukan dengan cara beragam walaupun pada intinya adalah kesamaan keinginan untuk memajukan taraf hidup. Kelebihan dan kelemahan pemerintahan yang lalu terutama dalam pemerataan pembangunan juga mesti menjadi perhatian pemerintahan sekarang. Konsep dan realisasi pembangunan harus berpijak pada kepentingan umum agar impian dan harapan kolektif tadi menjadi nyata. Tata ruang wilayah mesti mengedepankan kenyamanan warga, tak ada lagi sekolah yang gedungnya menyedihkan dan kekurangan guru akibat guru menumpuk di ibukota, atau karena perkara mutasi yang ditengarai terlalu banyak bernuansa politis. Tak ada lagi terdengar pasien miskin yang ditolak RS, atau pelayanan RS serta penanganan pasien yang begitu lambat. Tak ada lagi petani yang menjerit karena pupuk langka, mahal serta anjloknya harga komoditas pertanian. Tak ada lagi gonjang-ganjing atau hiruk-pikuk kebijakan politik yang kadang terdengar memuakkan. Meskipun pro-kontra dalam setiap lahirnya kebijakan adalah sebuah keniscayaan.
Problematika seperti ini tak lepas dari adanya “political will” dalam reformasi birokrasi. Terutama erat kaitannya dalam pelayanan, pengeluaran kebijakan pro rakyat, terpenting mengeliminir idiom birokrasi “kalau bisa dipersulit, kenapa dipermudah”. Selain itu, integrasi antar birokrasi pun diperlukan agar saling sejalan, saling menunjang dalam pembangunan. Yahh..kita berharap saja pada tangan dingin, Drs.H. Muslimin Bando M.Pd dan H.M. Amiruddin SH lahir berbagai kebijakan dan program yang pro rakyat. Sehingga lahir pemimpin pendobrak keadaan bukan pemimpin yang mengokohkan kemapanan. Bukan pemimpin yang lahir dari rahim pencitraan !Refleksi ini bukanlah apa-apa, tetapi hanya sebentuk ekpresi kecintaan terhadap Bumi Massenrempulu.
Selamat Hari Jadi Kabupaten Enrekang ke- 55. Jayalah Selalu.
0 comments:
Post a Comment