Pengacara Elit : Belajar Menemukan Rasa


Jelang wisuda April ini, sebuah beban besar menggantung di pikiran. Entah berapa besar massanya..yang jelas meski saya berusaha membuangnya jauh, "beban" ini bak dipengaruhi gaya gravitasi di otakku..! Tetap saja "beban" itu kembali, bahkan menghunjam dan menggantung kian berat di labirin-labirin otakku. 



Hidup darimana ? Dapat uang darimana untuk hidup bertahan hidup ? Sekelumit pertanyaan sederhana namun membutuhkan usaha yang real, ibarat hukum fisika. Perpindahan (sukses) adalah jumlah usaha (action) dibagi gaya (retorika) atau S = W/ F..wkwkwkkwkwk


Ya, praktis sejak saya dinyatakan berhak menyandang gelar sarjana. Segala macam fasilitas "mewah" dicabut oleh pemegang saham PT. Bantuan Orang Tua..hihihihih..
Segala macam fasos, ransum, kartu kredit #eh dan entahlah fasilitas - faslititas lainnya yang dulu datang kini berhenti mengalir secara perlahan dari kantong orangtua.

Tak ada lagi lagak preman. Ya..saya otomatis kehilangan kekuatan super dan nyali alias jiperr untuk "malakin" orangtua tiap bulan..hahahhaha..




----------------------------------------------------------------------------




Perkara mencari pekerjaan ibarat gampang2 susah. Bukan sombong saya bilang gampang dan bukan pula apa2 saya anggap susah. Sebelum resmi jadi sarjana, sudah ada beberapa "kenalan" yang nawarin kerjaan tidak peduli dengan "background" ilmu formal dari bangku kuliahku. Sing penting sarjono katanya #eh sarjana maksudnya..(maaf, yang namanya Sarjono)..

Tapi sekali lagi,,,,perihal menerima tawaran bukanlah perkara mudah bak legenda Roro Jonggrang yang minta seribu candi dalam semalam. Ada banyak pertimbangan, banyak memilah dan harus selektif memilih sesuai dengan "roadmap" hidup yang sudah direncanakan. Supaya tidak sering atau repot berpindah-pindah kerjaan karena tidak menemukan "rasa".


Karena bagiku rasa adalah segalanya..!!!


Ya, sama dengan banyak restoran atau produsen makanan yang berani mempertaruhkan "rasa". Dimanapun lokasinya, kapanpun butuhnya akan dijabanin para pelanggannya jika "rasa" nya terjamin dan tiada duanya.

---------------------------------------------------------------------------------


Sekarang bersama teman, kami mencoba belajar kemandirian. Mencoba keluar dari arus mainstream yang kebanyakan dilalui teman-teman fresh graduate.  Bawa berkas berisi profil, surat lamaran, kopian ijazah menyambangi job fair (bursa kerja) kesana kemari tanpa kenal waktu berharap ada perusahaan yang berbelas kasihan mau menerima. Bagi temanku yang satu ini, itu dianggapnya tidak eksklusif #hehehehehe..

Kini hari-hari kami diisi dengan "berkantor parasit" di sebuah ruko..hahahaha #sok keren
jadi pengacara (pengangguran banyak acara) wkwkwk..

Mengisi hari dengan bekerja sambil belajar..mencoba peruntungan! Semoga dewi fortuna berpindah dari Yunani ke "kantor" kami..

Malam ini rencana mengunjungi talkshow gratis yang menghadirkan narasumber botak nan keren dari ibukota yang tampangnya saban hari nongol di tivi...notulen gitu..


Btw,,terima kasih untuk kopinya, Putri ! Kopi buatanmu semanis lekuk dan lakumu #eh



SHARE

Taufik Hasyim

A Moslem Single | Beginner Blogger | Youth of Massenrempulu | Sahabat NOAH | Journalist of FAJAR Newspaper | Football Holic | Juventini | Facebook: Taufik Hasyim | Twitter: @DaengOpick | email: opickjie@gmail.com

  • Facebook
  • Twitter
  • GooglePlus
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment