Oktober 2018 menjadi momen penting bagi warga Enrekang. Pasangan pemimpin baru, Muslimin Bando-Asman resmi dilantik menjadi Bupati dan Wakil Bupati Enrekang. Sudah hampir dua tahun.
Banyak aspek tentu saja yang jadi PR bagi pasangan ini. Melanjutkan periode pemerintahan lalu. Bagi Muslimin Bando (MB) tentu untuk periode keduanya berkuasa. Sebelumnya, MB menggandeng eks Sekda, Amiruddin sebagai wakilnya.
Potensi atau posisi tawar Enrekang sebenarnya cukup besar. Alamnya, komoditasnya dan sebagainya jadi primadona dan mengundang decak kagum. Sudah wara-wiri di TV nasional, media sosial dan kanal lainnya. Sayang, modal alam yang cantik untuk wisata dan komoditas pangannya yang melimpah belum dikelola terpadu.
Dari sisi kunjungan pariwisata, data Bappeda Enrekang bisa jadi ukuran. Sepanjang 2013-2018, jumlah wisatawan hanya 25 ribu orang. Kunjungan selama 5 tahun. Tetapi bagi pejabat Bappeda Enrekang, itu dianggap sudah luar biasa. Targetnya memang hanya 10 ribu orang. Wisata Alam Lewaja jadi penyumbang utama kunjungan.
Saya kemudian iseng membandingkan dengan kabupaten tetangga, Toraja Utara. Data sepanjang 2017, jumlah wisatawan ke sana hampir 300 ribu orang. Itu data setahun saja sudah berkali-kali lipat dibanding Enrekang dalam 5 tahun.
Memang tidak bisa dipaksakan apple to apple. Toraja sudah lama jadi destinasi kelas dunia meskipun belakangan pesonanya meredup. Namun menjadi jalur darat wisatawan ke Toraja, gelisah rasanya bila Enrekang tidak terpercik efeknya. Mestinya jangan cuma mau dijadikan persinggahan. Tentu saja hanya dapat bonus air kencing, bau pesing.
Sebenarnya, Enrekang punya banyak kans menggenjot PAD dari pariwisata. Banyak destinasi yang tak kalah cantik, instagrammable dan lainnya. Sayang, inisiatif dan kreasi Pemda cukup minim. Daripada saya cap nihil.
Imbasnya dari sejumlah aset yang dikelola setorannya nihil. PAD sektor pariwisata hanya menyumbang kira-kira Rp500 juta setahun (prediksi Bapenda Enrekang). Jauh dari target total PAD Rp134 miliar lebih.
Rencana Pemprov Sulsel menggenjot sektor pariwisata sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru sepertinya tak direspons baik. Tak jemput bola. Rencana pembangunan rest area terhambat lahan. Rest area program prioritas Pemprov.
Tak ada lagi, rest area untuk Enrekang. Setidaknya di perencanaan tahun ini. Enrekang hanya ketiban proyek stop area, rest area mini. Kasarnya, toilet umum.
Dua kawasan wisata, Bira dan Toraja jadi prioritas Pemprov. Saya sempat ikut rombongan Gubernur ke Bira. Ide besarnya menjadikan kawasan Bira sebagai destinasi baru kelas dunia. Ada pantai pasir putih, titik nol Sulawesi dan pusat pembuatan Pinisi jadi daya tarik.
Tak tanggung-tanggung Pemprov kucurkan bantuan ke Bira Rp50 miliar. Saya sepakat dengan ucapan Gubernur saat itu. Jangan ragu untuk membenahi kawasan wisata. Pariwisata yang tumbuh punya multiplier effect karena semua sektor akan tumbuh.Kunjungan wisatawan akan memicu investasi. Hotel menjadi penuh, restoran penuh, UKM bergairah, lapangan kerja tercipta dan sebagainya. Kurang lebih begitu ucapannya.
Rencana Pemprov mengembalikan magis wisata Toraja lewat Toraja One Destination ataupun konsep Toraja Beyond tentu diharap bisa berefek ke Enrekang. Bupati Enrekang pernah hadir saat pembahasan ini di Toraja.
Sebenarnya, semangat dari para pegiat wisata di Enrekang memberi sedikit harapan. Ada teman GenPi dll yang mengemas Pasar Mammesa di Dante Pine, misalnya. Juga komunitas lain yang bergerak mandiri. Menggempur medsos dengan promosi wisata Enrekang. Tanpa dibayar.
Oh,ya hampir lupa. Enrekang sudah 60 tahun. Namun saya sedikit cemburu melihat event-event HUT daerah tetangga masuk kalender pariwisata Sulsel. Dapat keuntungan ruang promosi lebih luas tentu saja. Ada TP Fest, Jelajah Alam dsb di Parepare. Juga di Barru ada event yang masuk. Enrekang nihil.
Dari salah satu pejabat kece di Disbudpar Sulsel, saya dapat informasi tak enak. Sejak akhir tahun lalu, provinsi sudah meminta kalender event. Sayang, tak digubris sedikitpun pejabat terkait di Enrekang. Tetapi.. ya, sudahlah.
Selamat bertambah tua, Enrekang. Tana Kajajianku.
*Noted: Opini ini juga terbit di kulimaspul.com
0 comments:
Post a Comment